Skip to main content

Harga Diri Manusia

Seringkali kita ribut dan pusing akan Harga Diri yang kita punya, bahkan tak jarang menimbulkan kedengkian dan sikap barbar di antara Manusia, tapi sadarkah kita untuk apa dan siapa Harga diri ini?

Indonesia hari ini sedang dihebohkan oleh maraknya penculikan Anak. Walau hal ini sudah dikonfirmasi oleh Kapolri Tito Karnavian bahwa berita ini hanya kabar burung saja, tetapi dengan banyaknya laporan kasus bahwa penculikan itu memang terjadi dan setiap harinya terus muncul pemberitaan di seantero daerah di Indonesia, tentu ini tak bisa kita anggap "sekedar" Hoax lalu diremehkan. Kita perlu waspada, karena rasa aman itu racun yang sewaktu - waktu bisa menikam kita disaat kita merasa nyaman dengan aman.

Ah, kita skip dulu untuk kabar tak enaknya, sekarang mungkin ada baiknya berfikir dari posisi sang penculik. Kenapa sang penculik mau menculik anak - anak?


Entah betul atau tidaknya, Saya tidak tahu dan baiknya kita tak boleh menelan berita ini bulat - bulat. Satu hal yang Saya ingin angkat dari gambar ini adalah "Harga Diri"

HARGA DIRI MANUSIA

Jika kita lihat gambar diatas, bila diuangkan betapa berharganya diri seorang Manusia. 5 Miliyar itu seharga Rumah semi-mewah di bilangan kota Bandung, 2 Jeep Rubicon bekas beserta modal usaha buka konveksi dengan kapasitas produksi yang lumayan, atau seharga menyekolahkan anak anda dari PAUD sampai S3 dengan kualitas menengah keatas. 5 Miliyar itu nilai yang cukup besar untuk menghidupi satu keluarga dengan 6 anggota dengan gaya hidup diatas sederhana. 5 Milyar bahkan  bukan sebuah angka yang kecil untuk menggelar pesta pernikahan. Dalam hitungan materi, betapa begitu mahalnya Manusia itu.

Tapi

Apakah kita menyadarinya? Saya bukan hendak menginspirasi anda untuk jual diri atau menjual orang. Jangan salah persepsi, jangan terburu - buru. Saya hendak mengajak Anda untuk sama - sama berfikir, betapa sejatinya diri kita ini mahal.

dan

Beruntungnya kita, tak seperti mengunduh Software di internet yang hanya berlaku cuma - cuma satu bulan saat free trial, Kita mendapatkan jasad ini secara cuma - cuma, lengkap dengan instalasi hardware dari koneksi antar jaringan sel hingga organ - oragan yang tak perlu kita atur sendiri cara kerjanya, juga softwarenya lengkap dan otentik langsung dari Penciptanya. Bahkan, lengkap juga dengan penjagaan juga perawatannya. Ditambah pula juga dengan hal - hal yang membuat kita senang dan terkesima dengan Dunia ini.

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.(QS Ghafir 40 : 64)


Lalu, untuk apa Sang Pencipta menciptakan kita dengan fasilitas super kumplit, Membiarkan kita hidup tanpa harus pusing mengatur cara kerja sel, mengatur detak jantung, mengingat cara bernafas, mengaktifasi rasa dan wangi sesuatu dan hal - hal yang jika kita merekayasa hal tersebut melalui kecerdasan elektronika membutuhkan Waktu, Energi dan Uang yang banyak, Apakah agar kita hidup di dunia tanpa tujuan hingga ajal menjemput? Atau membiarkan kita banyak berfilosofi akan hakikat kehidupan sampai kematian datang? Tidak.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ-
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat 56)

Fasilitas Super Komplit yang melekat pada diri kita ini diciptakan agar kita dapat beribadah kepada Sang Pencipta.
Ibadah mempunyai arti tunduk, taat dan patuh, jadi penciptaan kita dengan segala fasilitasnya itu mempunyai maksud agar kita dapat beribadah kepada Sang Khalik, Allah SWT. Maka beribadah menjadi satu konsekuensi logis yang harus diterima karena kita telah diciptakan.

هُوَ الَّذي خَلَقَكُم مِن تُرابٍ ثُمَّ مِن نُطفَةٍ ثُمَّ مِن عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخرِجُكُم طِفلًا ثُمَّ لِتَبلُغوا أَشُدَّكُم ثُمَّ لِتَكونوا شُيوخًا ۚ وَمِنكُم مَن يُتَوَفّىٰ مِن قَبلُ ۖ وَلِتَبلُغوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُم تَعقِلونَ
"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)." (QS Ghafir 40:67)
Begitulah, Penciptaan kita terus menerus, dari anak - anak hingga kita di hari ini membaca artikel ini ada proses penciptaan yang terjadi pada diri kita. Maka karena kita yang terus menerus diciptakan, tak pernah behenti, dijaga dan bahkan dimuliakan, tak berlebihanlah kiranya jika semata - mata hidup kita seluruhnya adalah untuk Ibadah kepada Allah.

 قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS Al-An'aam 6:162)
Semata - mata Allah menyuruh kita untuk ta'at bukan untuk diriNya, tetapi itu adalah kasih sayang Allah SWT kepada kita, wujud konkrit bagaimana Allah SWT menjaga diri kita, sudah sepatutnya lah kita berterima kasih dan memaksimalkannya sesuai maksud penciptaannya bahkan ada tujuan yang lebih saat Allah menyuruh kita ta'at beribadah, yaitu agar kita bertakwa.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai manusia! Sembahlah Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah 21)

Takwa adalah kunci keridhoan Allah sejati. Bahkan Bukan dari Harta, bukan Tahta, bukan tingginya titel gelar Pendidikan ataupun Rupawannya wajah seorang Manusia, Harga yang Allah berikan pada Manusia bergantung pada ketakwaannya. Semakin Takwa, semakin Allah Sayang pada orang tersebut, tetapi semakin jauh dari Takwa, maka Adzab Allah sangatlah pedih.

Takwa menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A adalah al Khaufu minal Jalil (Takutnya kepada Allah yang Mahaagung), al ‘Amal bil Tanziili (Beramal dengan apa yang diturunkan (al Qur’an dan al Sunnah)), al Ridla bil Qalil (Kerelaan hatinya atas pembagian rizki yang ditetapkan (banyak atau sedikit)), dan al isti’dad liyaum al Rahiil (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).”

Maka cerminan dari jiwa yang takwa ialah jiwa yang selalu yakin untuk selalu beribadah dan berserah diri kepada Allah dalam segala kegiatan dalam hidupnya, apapun konsekuensinya dengan keinginan untuk terus menerus bisa meningkatkan kualitas penghambaannya agar bisa dekat dengan Penciptanya.

Begitulah Mahalnya perangkat diri yang kita punya, tentunya bukan tanpa maksud semua diciptakan, sebelum pada bab "bagaimana kita beramal?", Kesadaran akan siapa diri kita dan mahalnya diri kita merupakan kesadaran yang penting kita miliki dan belum tentu semua orang menyadari. Maka dari itu mari segera sadari siapa diri kita...

Wallahu'alam bishshawab

Comments

  1. semoga kita tetap menjadi insan yang gemar menyampaikan ilmu2 Allah...!! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih akh sudah sudi berkunjung ke blog yang baru cuma punya satu post ini, hehe

      Delete
    2. ahaha kalau boleh silakan tinggalkan jejak blognya juga disini, biar yang baca bisa berkunjung pula :)

      Delete

Post a Comment